Jumat, 05 September 2014

Surat untuk Cakrawala

Apa yang lebih baik dari doa, untuk menandai usiamu yang ke-5 tahun ini? Lagi pula, hanya itu yang Ayah punya. Apa boleh buat, Ayah terlanjur meyakini, hari kelahiran bukan untuk dirayakan. Apa yang perlu dirayakan dari berkurangnya usia kita?
Percayalah, kamu tidak membutuhkan lilin dan kue tart untuk bahagia di hari lahirmu. Kamu hanya butuh mengucap alhamdulillah. Ya, hanya itu yang akan membuatmu bahagia saat usiamu berkurang 5 tahun tepat pada tanggal 5 September 2014.  Hanya rasa syukur atas apa yang telah Allah beri kepadamu yang akan membuatmu merasa hari itu menjadi lebih berarti.
Bukan, Anakku, bukan karena Ayah tidak mau membelikan kue tart pada hari lahirmu. Ayah akan membelikannya di hari lain, jika kamu benar-benar menginginkannya. Kamu juga boleh meniup lilin sebanyak yang kamu mau di lain waktu. Ayah akan membelikannya jika kamu memintanya. Tapi, tidak hari itu, hari ketika untuk pertama kali Ayah mendengar suara tangismu melalui telepon genggam.
Kamu tahu, ketika pertama kali Ayah mendengar suaramu pagi itu, Ayah kehilangan kata-kata. Tidak ada metafora yang dapat mengungkapkan momentum itu. Hanya suara isak dan air mata yang muncul begitu saja menggantikan kata-kata bahagia.
Sejak hari itu, hidup Ayah berubah. Ada laki-laki kecil yang seperti Ayah, tapi bukan Ayah. Dalam dirimu, ada diri Ayah. Dalam diri Ayah, ada dirimu. Kita sebagai entitas yang sama sekaligus berbeda. Berbeda sekaligus sama. Ayah hidup di dalam kamu dan kamu hidup di dalam Ayah. Tidak ada yang lebih membingungkan dari hari itu. Rasanya, sangat aneh! Kelak kamu akan mengalaminya dan mengetahui apa yang Ayah rasakan ketika itu.
Sejak  hari itu, kita hidup sebagai sebuah keluarga kecil yang belajar untuk bersyukur kepada Allah. Dia yang telah mempertemukan Ayah dan Bunda dalam sebuah cerita pendek. Dia yang meniupkan kehidupan ke dalam rahim Bunda sehingga kamu ada. Dia yang telah menjadikan kita sebagai keluarga kecil yang bersyukur.
Lima tahun usiamu, sudah begitu banyak yang telah kita lalui bersama, kita hadapi bersama. Dari terserang virus cacar hanya beberapa hari sejak dilahirkan, terdiagnosis pimosis sehingga pada usia 3 bulan kamu harus dikhitan, sampai terpaksa menginap di rumah sakit tersebab diare. Kamu tahu, diam-diam Ayah menangis saat melihatmu belum bisa berjalan sementara sepupu-sepupumu sudah pandai berlari. Tapi, Ayah tak pernah kehilangan kepercayaan kepadamu. Ayah yakin, pada saatnya, kamu akan bisa mengejar sepupu-sepupumu itu dengan langkah-langkahmu yang kokoh. Kamu telah membuktikannya kepada Ayah. Kamu membuktikannya dengan menjelma jadi puting beliung yang berputar kian kemari.
Tidak terasa, kini kamu sudah duduk di bangku TK. Belajar menjadi anak yang saleh. Setiap hari, ada saja ceritamu tentang sekolahmu itu. Cerita yang membuat letih di tubuh Ayah segera enyah saat mendengarnya.
Maafkan Ayah  karena begitu banyak kesalahan yang Ayah perbuat terhadapmu. Maafkan Ayah karena tak hendak merayakan hari lahirmu. Maafkan Ayah karena lebih memilih memberikan untaian doa kepadamu, semoga kamu tumbuh menjadi mujahid yang senantiasa menegakkan kalimat tauhid sebab tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Semoga Tebing bahagia.

Salam,
Ayah Tebing

0 komentar:

Posting Komentar