Apa yang lebih
baik dari doa, untuk menandai usiamu yang ke-5 tahun ini? Lagi pula, hanya itu
yang Ayah punya. Apa boleh buat, Ayah terlanjur meyakini, hari kelahiran bukan
untuk dirayakan. Apa yang perlu dirayakan dari berkurangnya usia kita?
Percayalah, kamu
tidak membutuhkan lilin dan kue tart untuk bahagia di hari lahirmu. Kamu hanya
butuh mengucap alhamdulillah. Ya, hanya itu yang akan membuatmu bahagia saat
usiamu berkurang 5 tahun tepat pada tanggal 5 September 2014. Hanya rasa syukur atas apa yang telah Allah
beri kepadamu yang akan membuatmu merasa hari itu menjadi lebih berarti.
Bukan, Anakku,
bukan karena Ayah tidak mau membelikan kue tart pada hari lahirmu. Ayah akan
membelikannya di hari lain, jika kamu benar-benar menginginkannya. Kamu juga boleh
meniup lilin sebanyak yang kamu mau di lain waktu. Ayah akan membelikannya jika
kamu memintanya. Tapi, tidak hari itu, hari ketika untuk pertama kali Ayah
mendengar suara tangismu melalui telepon genggam.
Kamu tahu,
ketika pertama kali Ayah mendengar suaramu pagi itu, Ayah kehilangan kata-kata.
Tidak ada metafora yang dapat mengungkapkan momentum itu. Hanya suara isak dan
air mata yang muncul begitu saja menggantikan kata-kata bahagia.
Sejak hari itu,
hidup Ayah berubah. Ada laki-laki kecil yang seperti Ayah, tapi bukan Ayah.
Dalam dirimu, ada diri Ayah. Dalam diri Ayah, ada dirimu. Kita sebagai entitas
yang sama sekaligus berbeda. Berbeda sekaligus sama. Ayah hidup di dalam kamu
dan kamu hidup di dalam Ayah. Tidak ada yang lebih membingungkan dari hari itu.
Rasanya, sangat aneh! Kelak kamu akan mengalaminya dan mengetahui apa yang Ayah
rasakan ketika itu.
Sejak hari itu, kita hidup sebagai sebuah keluarga
kecil yang belajar untuk bersyukur kepada Allah. Dia yang telah mempertemukan
Ayah dan Bunda dalam sebuah cerita pendek. Dia yang meniupkan kehidupan ke
dalam rahim Bunda sehingga kamu ada. Dia yang telah menjadikan kita sebagai
keluarga kecil yang bersyukur.
Lima tahun
usiamu, sudah begitu banyak yang telah kita lalui bersama, kita hadapi bersama.
Dari terserang virus cacar hanya beberapa hari sejak dilahirkan, terdiagnosis
pimosis sehingga pada usia 3 bulan kamu harus dikhitan, sampai terpaksa
menginap di rumah sakit tersebab diare. Kamu tahu, diam-diam Ayah menangis saat
melihatmu belum bisa berjalan sementara sepupu-sepupumu sudah pandai berlari. Tapi,
Ayah tak pernah kehilangan kepercayaan kepadamu. Ayah yakin, pada saatnya, kamu
akan bisa mengejar sepupu-sepupumu itu dengan langkah-langkahmu yang kokoh.
Kamu telah membuktikannya kepada Ayah. Kamu membuktikannya dengan menjelma jadi
puting beliung yang berputar kian kemari.
Tidak terasa,
kini kamu sudah duduk di bangku TK. Belajar menjadi anak yang saleh. Setiap
hari, ada saja ceritamu tentang sekolahmu itu. Cerita yang membuat letih di
tubuh Ayah segera enyah saat mendengarnya.
Maafkan
Ayah karena begitu banyak kesalahan yang
Ayah perbuat terhadapmu. Maafkan Ayah karena tak hendak merayakan hari lahirmu.
Maafkan Ayah karena lebih memilih memberikan untaian doa kepadamu, semoga kamu
tumbuh menjadi mujahid yang senantiasa menegakkan kalimat tauhid sebab tidaklah
Allah menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Semoga
Tebing bahagia.
Salam,
Ayah Tebing
0 komentar:
Posting Komentar